Jumat, 23 Juli 2010

APATISME dan MAHASISWA, KINI ! !

Apatis, mungkin inilah kata yang tepat untuk melukiskan keadaan dinamika kehidupan kampus mahasiswa Indonesia saat ini. Mahasiswa Indonesia pada saat sekarang ini cenderung individualistis, tidak peduli, masa bodoh dan acuh tak acuh terhadap berbagai hal dan aktivitas diluar aktivitas perkuliahan. Hal ini terbukti dengan semakin sedikitnya minat mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, termasuk kegiatan-kegiatan organisasi kemahasiswaan dan berkiprah langsung di dalam suatu organisasi mahasiswa. Lesunya minat mahasiswa mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan masuk dalam organisasi mahasiswa ini tidak hanya dirasakan oleh organisasi-organisasi pergerakan mahasiswa, namun juga oleh organisasi keahlian dan profesi kemahasiswaan seperti himpunan mahasiswa. Apa yang sebenarnya menjadi penyebab apatisnya mahasiswa Indonesia pada saat ini ?. Jadwal perkuliahan yang semakin padat ?. Sistem ?. Peraturan dan perundang-undangan ?. Ataukah dilematika moral dalam diri setiap mahasiswa ?. Apa dampaknya terhadap kemahasiswaan ?. Dan apa dampaknya terhadap masa depan Bangsa Indonesia ?.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, apatis berarti sikap masa bodoh, tidak memperdulikan atau acuh tak acuh terhadap sesuatu. Sesuatu dikatakan apatis, berarti menyangkut terhadap individu ataupun masih merupakan sikap atau perilaku seseorang. Apatisme merupakan bahasa yang tepat digunakan saat ini, karena sikap apatis ini tampak terjadi pada banyak orang dan cenderung bersifat massal. Apatisme merupakan suatu paham yang mengacu pada pemikiran-pemikiran dan sikap-sikap masa bodoh, tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap segala sesuatu. Apatisme yang umumnya terjadi dalam dinamika kehidupan mahasiswa adalah apatisme kemahasiswaan dan apatisme kebangsaan. Apatisme kemahasiswaan adalah pemikiran dan sikap mahasiswa yang tidak peduli terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, sementara apatisme kebangsaan adalah pemikiran dan sikap mahasiswa yang tidak peduli terhadap isu-isu dan hal-hal yang sedang terjadi dalam bangsa dan negara.


Kamis, 22 Juli 2010

Pergerakan mahasiswa Islam dan Reformasi

PERGERAKAN mahasiswa muslim di Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, pergerakan mahasiswa muslim disamping di latarbelakangi rasa tanggung jawab kepada nasib dan kesulitan hidup yang dialami oleh rakyat, mereka dalam pergerakannya dimotivasi oleh tanggung jawab ideologi ke-Islam-an yang kuat. Meski tidak sepenuhnya semua gerakan mahasiswa muslim berpijak erat-erat diatas tata nilai keislaman, akan tetapi paling tidak mereka berjuang diatas motivasi untuk membuktikan bahwa Islam adalah solusi berbagai tantangan dan problematika kebangsaan.

Mahasiswa merupakan salah satu kekuatan pelopor di setiap perubahan. Dan mahasiswa telah berhasil mengambil peran yang signifikan dengan terus menggelorakan energi “perlawanan” dan bersikap kritis membela kebenaran dan keadilan.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia terdapat beberapa organisasi mahasiswa ekstra kampus yang cukup menonjol, yaitu HMI Dipo (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia yag lahir pada 5 Februari 1947 di kota Yogyakarta. Didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawan ditengah kondisi bangsa yang masih bergejolak di awal-awal kemerdekaan.

Langkah-langkah strategis untuk mengambil peranan dalam melakukan perbaikan diberbagai aspek kehidupan pun diupayakan. Format awal gerakan HMI selain memberikan pembinaan agama Islam kepada mahasiswa dan masyarakat untuk mengantisipasi pengaruh sekulerisme Barat, juga mengerahkan milisi mahasiswa untuk berjuang secara fisik dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dalam perkembangannya, HMI telah banyak melahirkan kader-kader pemimpin bangsa. Dalam pemerintahan Orde Baru, hampir selalu ada mantan kader HMI yang duduk di kabinet. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran signifikan HMI dalam keikutsertannya menumbangkan Orde Lama serta menegakkan Orde Baru.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Kelahiran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dibidani oleh kaum muda Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Pada perkembangannya, dengan dicetuskannya Deklarasi Murnajati 14 Juli 1972, PMII secara struktural menyatakan diri sebagai organisasi independen, terlepas dari ormas apa pun, termasuk dari NU.

Menjelang peristiwa jatuhnya Soeharto, PMII bergabung dengan elemen gerakan mahasiswa lainnya menumbangkan rezim Soeharto.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Beberapa tokoh angkatan muda Muhammadiyah seperti Muhammad Djaman Alkirdi, Rosyad Soleh, Amin Rais dan kawan-kawan memelopori berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta pada tanggal 14 Maret 1964.

Dalam periode pergolakan ini, IMM harus berhadapan dengan situasi dan kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya di tengah kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama yang sangat rawan dan kritis. IMM pada saat itu langsung berhadapan dengan kebijakan Manipol Usdek Bung Karno, Nasakom, dan ancaman PKI. Sehingga kegiatan-kegiatan IMM lebih banyak diarahkan kepada pembinaan personil, penguatan organisasi, pembentukan dan pengembangan IMM di kota-kota maupun perguruan tinggi


Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

KAMMI lahir para ahad tanggal 29 April 1998 bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang. KAMMI awal kali muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis aktivis dakwah kampus pada pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO)

Mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI begitu terkooptasi oleh rezim orde baru yang mewajibkan HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.

Setelah Pengurus Besar HMI melalui jumpa pers mengumumkan tentang penerimaannya asas Pancasila oleh HMI, muncullah perlawanan yang kemudian melahirkan HMI MPO pada 15 Maret 1986 di Jakarta, sebagaimana tercantum dalam buku Berkas Putih yang terbit 10 Agustus 1986.

HMI-MPO hadir sebagai sosok pendekar yang berani berteriak lantang menentang kekuasaan. HMI-MPO-lah satu-satunya organisasi Islam yang pertama kali menuntut turunnya Suharto dari kursi kepresidenan. Maka tak heran jika selama kekuasaan orde baru, HMI-MPO menjadi organisasi 'bawah tanah' yang berjuang melawan rezim dengan segala resikonya.

Ketika terjadi gerakan reformasi 98, kesatuan-kesatuan aksi buatan HMI-MPO seperti LMMY, FKMIJ, FKSMJ, dan FKMIJ memainkan peran strategis dalam menggalang kekuatan elemen gerakan mahasiswa. Melalui poros Jakarta-Yogyakarta-Makassar, yang secara tidak langsung terbentuk sebagai sentra gerakan HMI-MPO, isu-isu gerakan dikomunikasikan ke seluruh Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa HMI-MPO harus lahir. Pertama, adanya indikasi upaya rezim pemerintah mematikan potensi bangsa sehingga mendorong segera didengungkannya tuntutan reformasi. Kedua, suara umat Islam mulai terabaikan, sehingga penting untuk segera berbuat. Ketiga, sebagai ekspresi keprihatian mendalam dan tanggung jawab moral atas krisis dan penderitaan rakyat yang melanda Indonesia. Keempat, untuk membangun kekuatan yang dapat berfungsi sebagai peace power untuk melakukan tekanan moral kepada pemerintah.

Dalam perjuangan reformasi tahun 98, bersama elemen pergerakan mahasiswa lainnya HMI-MPO melakukan tekanan terhadap pemerintahan Orde Baru melalui gerakan massa. Rezim Suharto dengan segala macam kebobrokannya, akhirnya tumbang pada 21 Mei 1998.

Namun sekarang umat sama-sama merasaksan bahwa musuh bersama kita lebih berat dari pada rezim suharto, karena musuh kita sekarang adalah Kapitalisme dan Neo-Liberalisme.


Inspirasi untuk Segera Bangkit

Adalah satu bukti sejarah bahwa pergerakan mahasiswa muslim tidak bisa dipandang remeh dalam mengawal perjalanan bangsa ini. Bahkan, dapat dikatakan mahasiswa muslim menjadi energi yang konsisten dalam tribulasi pergerakan mahasiswa di Indonesia. Dari waktu ke waktu, dalam berbagai wadahnya, gerakan mahasiswa muslim menjadi pagar betis yang berdiri dibarisan terdepan dalam mengawal perubahan demi perubahan.

Mahasiswa muslim Kota Tangerang adalah bagian tak terpisahkan dari komunitas mahasiswa muslim di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Yang padanya melekat semangat juang yang tinggi untuk bangkit dari keterpurukan, memiliki sensitifitas yang tajam terhadap penderitaan ummat, juga memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mendidik dan men-tarbiyah bangsa ini.

Oleh karena itu, sejarah emas perjuangan mahasiswa muslim diatas mestinya dapat menjadi inspirasi mendasar bagi mahasiswa muslim di Kota Tangerang untuk segera bangkit dari ketidak-berdayaan, bangkit dari ketidak-produktifan, bangkit dari rasa pesimis, bangkit dari rasa tidak percaya diri, dan bangkit dari kemalasan. Jangan sampai menyerah sebelum berjuang!

Senin, 12 Juli 2010

Pedoman Tata Kerja BEM STIE YPUP Makassar

PEDOMAN TATA KERJA
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) STIE YPUP
PERIODE 2010-2011


KETUA UMUM
1. BEM dipimpin oleh seorang Ketua Umum
2. Ketua umum BEM bertanggung jawab kepada PD III Bidang
Kemahasiswaan & Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM)
3.Ketua umum BEMmemiliki fungsi :
a.Sebagai penangggungjawab organisasi baik secara vertikal, horizontal maupun
diagonal
b. Sebagai LIMMAS (Leader, Inovator, Motivator, Manager, Administrator and
Supervisor)
c. Sebagai pelaksana AD/ART serta Program Kerja
d.Sebagai penata organisasi, administrasi, kekayaan organisasi
e. Sebagai pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi dengan pengurus
f. Sebagai pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi dengan MPM
g. Sebagai pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi dengan
organisasi/pihak lain yang berada didalam dan diluar kampus demi tercapainya visi
dan misi BEM
WAKIL KETUA
1. Wakil Ketua adalah pengurus inti BEM yang bertanggungjawab kepada Ketua Umum
2. Wakil Ketua melaksanakan sebagian tugas pokok Ketua Umum
3. Wakil Ketua berada dibawah koordinasi Ketua Umum
4. Wakil ketua memiliki fungsi :
a. Sebagai penanggungjawab terhadap jalannya roda pemerintahan BEM apabila
ketua umum dalam situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan
tugas
b. Pelaksana AD/ART dan Program kerja bersama Ketua Umum
c. Perancang dan pengkoordinasi Program Kerja bersama Ketua Umum
d. Pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi efektif-efisien dengan
pengurus BEM bersama Ketua Umum
e. Pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi efektif-efisien dengan
pengurus MPM bersama Ketua Umum
f. Pelaksana pola koordinasi, konsolidasi dan komunikasi efektif-efisien denagn
organisasi/pihak lain yang berada didalam dan diluar kampus untuk tercapainya visi
BEM
g. Pelaksana tugas-tugas lain sesuai intruksi Ketua Umum yang bersifat situasional
dan kondisional
h. Memberikan laporan tugas-tugas lain sesuai instruksi kepada Ketua Umum
SEKRETARIS UMUM/sekbid
1. Sekretaris Umum adalah pengurus inti yang bertanggungjawab kepada Ketua Umum
2. Sekretaris Umum adalah pelaksana sebagian tugas pokok ketua umum, dalam hal administrasi
3. Sekretaris Umum berada dibawah koordinasi Ketua Umum
4. Sekretaris memiliki fungsi :
a. Penata administrasi BEM
b. Meyusun program kerja BEM
c. Pelaksana tugas kesekretariatan
d. Memberikan laporan administrasi secara periodik kepada Ketua Umum
sekurang-kurangnya per 2 bulan
e. Melakukan pengawasan (kontroling), dan koordinasi dengan Sekertaris KABID

BENDAHARA UMUM/Benbid
1. Bendahara Umum adalah pengurus inti yang bertanggung Jawab kepada Ketua Umum .
2.
Bendahara Umum adalah pelaksana sebagian tugas Ketua Umum, dalam hal
perbendaharaan dan pencatatan kekayaan organisasi

Bendahara Umum memiliki fungsi :
a. Menata administrsi keuangan BEM
b. Menginventarisir sumber dana yang terdapat di lingkungan organisasi
c. Melakukan langkah dan upaya dalam hal pencarian dana didalam dan diluar
organisasi
d. Mempersiapkan dan menyusun anggaran penerimaan dan pengeluaran keuangan
organisasi
e. Memberikan laporan keuangan secara periodik kepada Ketua Umum sekurang-
kurangnya per 2 buan
f. Melakukan pengawasan (kontroling), dan koordinasi dengan bendahara bidang
BEM














BIDANG PENALARAN & KELIMUAN
1. Dipimpin oleh seorang Ketua dibantu oleh sekertaris bidang, bendahara dan minimal 1anggota
2. Ketua Bidang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum
3. Ketua Bidang membantu melaksanakan sebagian tugas pokok Ketua Umum dan bertanggung jawab terhadap kinerja dan program kerja bidangnya
4. Bidang Penalaran dan Keilmuan menjalankan fungsi :
a.Melakukan pengawasan (kontroling) dan koordinasi terhadap HMJ
b. bertanggung jawab terhadap kinerja/program kerja bidang
c. Memberikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik minmal 2 bulan kepada Ketua Umum


BIDANG KESEJAHTERAAN MAHASISWA
1.Komisi B dipimpin oleh seorang Ketua dibantu sekertaris, bendahara dan minimal 1 anggota bidang
2. Ketua komisi berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum
3. Ketua Bidang membantu melaksanakan sebagian tugas pokok Ketua Umum
4. Komisi ini menjalankan fungsi :
a.Melakukan pengawasan (kontroling) yang berfokus pada kesejahteraan Mahasiswa
b.bertanggung jawab terhadap kinerja/program kerja bidang
c. Memberikan laporan pelaksanaan tugas secara periodic(minimal 2 bulan) kepada Ketua Umum

BIDANG BAKAT & MINAT
1.Bidang Bakat Minat dipimpin oleh seorang Ketua dibantu oleh sekertaris ,bendahara bidang dan minimal 1 (satu) orang anggota bidang
2. Ketua bidang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ketua Umum
3. Ketua bidang membantu melaksanakan sebagian tugas pokok Ketua Umum
4. Komisi ini menjalankan fungsi :
a.Melakukan pengawasan (kontroling) dan koordinasi dengan UKM b.Bertanggung jawab terhadap kinerja/program kerja bidang
c. Memberikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik kepada Ketua Umum (minimal 2 bulan sekali.

Sabtu, 10 Juli 2010

Mahasiswa, Intelektualisme, dan Anarkisme


Sangat banyak fakta sejarah mendeskripsikan betapa mahasiswa memiliki peran penting mengubah sejarah kebangsaan dan perjalanan demokrasi dalam konstalasi bangsa dan negara. Ya, mahasiswa adalah sosok istimewa dari masa ke masa, baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia.

Fakta membuktikan bahwa mahasiswa-lah yang memelopori revolusi 1956 di Hongaria. Gelombang demo anti perang 1962-1970 di Eropa dan Amerika Serikat memaksa Presiden Richard Nixon menarik pasukan dari Vietnam dan Kamboja. Revolusi Iran pun pada tahun 1979 berawal dari demo di kampus-kampus.

Mahasiswa sebagai salah satu gerakan moral berperan penting sebagai pelopor perubahan di tanah air. Oleh karena itu, wajar jika sepak terjang mahasiswa selalu dijadikan tolok ukur dalam setiap geliat perubahan yang terjadi hampir di seluruh negara.

Di Indonesia, sebut saja gerakan angkatan 66, gerakan ini adalah awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, di mana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Kemudian, gerakan mahasiswa agkatan 1972 yang menolak produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Gerakan angkatan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari).

Selanjutnya, gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencuat dengan agenda Reformasi-nya yang mencapai klimaksnya pada 1998. Kala itu, mahasiswa mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat dan berhasil menumbangkan Orde Baru dengan ditandai lengsernya kekuasaan 32 tahun Soeharto dari kursi kepresidenan.

Sejalan dengan perputaran waktu, ruh pergerakan dan perjuangan tokoh mahasiswa dahulu seperti pada zaman Soe Hok Gie, Arif Budiman, hingga aktivis 98, kini kelihatannya telah mengalami pergeseran nilai.

Aksi mahasiswa yang dulunya berupa pergerakan yang intelek, analitis dan mengedepankan nalar positif, saat ini mahasiswa sering dimanfaatkan sebagai alat permainan isu dan manajemen konflik oleh pihak yang berkepentingan dan kerap berakhir dengan tindakan anarkis.

Kerusuhan mahasiswa yang sering terjadi di beberapa daerah memperlihatkan betapa mahasiswa masih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis dan tindakan anarki antarmahasiswa yang sering dipertontongkan adalah kenyataan riil dari potret mahasiswa kita saat ini.

Gerakan mahasiswa tidak lagi bisa merumuskan isu-isu yang bersifat kerakyatan yang membela masyarakat banyak. Sejatinya, mahasiswa sebagai sebuah organ intelektual senantiasa mengaktualisasikan segenap pemikirannya untuk suatu hal positif yang fungsinya sebagai agent of change, social control dan man of analize sepantasnya melakukan gerakan melalui metode yang lebih cerdas dan intelek.

Hari-hari belakangan ini, aksi mahasiswa khususnya di Makassar sedang dalam sorotan di berbagai media nasional. Anarkisme seolah menjadi opini publik dan menjadi ciri setiap mahasiswa yang sedang berunjuk rasa.

Aksi tawuran dan demonstrasi mahasiswa, baik itu antara mahasiswa dengan aparat keamanan, dengan warga ataupun antara mahasiswa itu sendiri yang tidak hanya adu fisik dan argumen, aksi demonstrasi kerap berakhir anarkis, pemblokiran jalanan umum, pengrusakan fasilitas umum bahkan tidak jarang menelan korban jiwa.

Aksi unjuk rasa itu sendiri tidak salah, karena ia merupakan perwujudan dari kehendak untuk mengeluarkan pendapat yang dilindungi undang-undang. Tapi perbuatan yang anarkis mestinya dihindari.

Aksi dan pergerakan yang diwarnai dengan konfrontasi fisik akan menyudutkan pergerakan mahasiswa dan menimbulkan stigma negatif akan gerakan mahasiswa. Stigma negatif yang dilengketkan kepada gerakan mahasiswa tersebut menghancurkan tatanan ideal yang menjadi karakter mahasiswa itu sendiri.

Sejatinya, gerakan mahasiswa adalah sebuah perjuangan untuk kepentingan rakyat, namun penutupan jalan dan pengrusakan fasilitas umum jelas akan mengubah persepsi masyarakat yang awalnya menganggap mahasiswa sebagai komunitas intelek menjadi komunitas pelaku kriminalitas dan tindakan keonaran.

Selain itu, kekhawatiran akibat seringnya aksi anarkis terjadi di Makassar yang dikenal dengan budaya orang Sulsel yang suka menghargai orang lain, juga dirasakan juga terhadap sendi-sendi pemerintahan seperti sektor investasi dan kegiatan pariwisata.

Oleh karena itu, tawuran mahasiswa harus menjadi PR serius bagi dunia pendidikan di Sulsel, karena perilaku tawuran seperti ini akan terus berlangsung sepanjang hal ini tidak ditangani secara komprehensif, dan pada satu sisi akan menunjukkan ambruknya sistem dunia pendidikan.

Peran Lembaga Pendidikan

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh mahasiswa dari dunia perguruan tinggi dengan bisnis utama pendidikan dan penelitian menjadi sangat penting bagi kita semua, utamanya bagi generasi mendatang.

Ironisnya, jumlah pengangguran bergelar yang melanda Indonesia semakin memprihatinkan. Hal tersebut membuka mata kita terhadap mutu sumber daya manusianya dan dengan sendirinya juga terhadap mutu pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia itu.

Baru-baru ini World Competitiveness Report melaporkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia tertinggi di antara negara-negara ASEAN dan kualitas sumberdaya manusia Indonesia memiliki daya saing sangat rendah, yaitu urutan ke-95 dari 133 negara dan tentunya akan berdampak serta menyebabkan daya saing tenaga kerja serta produk negara ini juga menjadi rendah.

Sedangkan laporan pembangunan manusia (HDR) awal Oktober 2009 menempatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia berada di urutan ke-111, jauh di bawah Brunei (30), Malaysia (63), Thailand (78), Vietnam(105), serta lebih rendah dibandingkan dengan Sri Lanka (102) dan Palestina (110).

Peran lembaga pendidikan diharapkan menjadi modal yang amat penting bagi peningkatan standar kualitas kehidupan manusia melalui sentuhan intelektualitas. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang 20 persen ditentukan penguatan intelektual dan 80 persen adalah penguatan emosional.

Oleh karena itu, kampus dalam menghasilkan alumni yang berkualitas, tentunya tidak cukup dengan pendekatan intelektualitas saja, namun tak kalah penting adalah pendekatan emosi.

Demikian pula diperlukan perubahan mindset bahwa setiap generasi muda ini harus kembali kepada hati nurani, kejujuran, kecerdasan intelektual, dan menyadari betul posisinya sebagai bagian dari warga negara yang punya kesadaran hakiki dan kematangan berpikir membangun bangsa. (**)